Kamis, 11 Februari 2010

Gaya Mengajar Guru adalah Gaya Belajar Siswa . Tugas 1

Gaya Belajar dan Gaya Berfikir Pelajar adalah bukanlah kemampuan tetapi merupakan cara yang dipilh seseorang untuk menggunakan kemampuannya .

Apa yang disampaikan gurunya nyaris tidak bisa dicernanya secara baik. Namun itu tidak menjadi masalah bagi guru cerdas yang mempunyai kombinasi pilihan obat mujarab yang dapat dikombinasikan dengan kecerdasan yang dimiliki Ismira. Dalam proses pembelajaran, sang guru mengajarkan kosa kata bahasa dengan alunan ritme lagu, sering menggunakan instrumen bergambar, dan mengajak siswa belajar di alam bebas yang terbuka dengan mengamati langsung dan merasakan sendiri materi pelajaran. Hasilnya, pembelajaran yang dirasakan siswa menjadi lebih menyenangkan, kepercayaan diri Ismira melejit, semakin mudah menguasai materi belajar, dan ia tumbuh menjadi anak yang mandiri. Inilah salah satu contoh kesesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa.

Setiap manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan genetik ini juga ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melingkupi pengalaman hidup manusia. Hasilnya, kombinasi perbedaan genetik dan perbedaan pengalaman hidup tersebut mentransformasikan seorang manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar yang unik. Sayangnya, tidak semua pihak menyadari keragaman karakter seseorang tersebut.

Dalam dunia sekolah kita yang serba seragam, perbedaan karakter siswa kerap menjadi masalah bagi pihak sekolah dan guru, khususnya yang langsung bersentuhan dengan siswa dalam proses pembelajaran. Adanya siswa yang "berbeda" dengan karakter siswa normal yang lain kerap kali dianggap nakal, gagal, bodoh, lambat, bahkan dianggap siswa yang punya keterbelakangan mental. Jika kita renungkan lebih dalam, ternyata bukan mereka yang bermasalah, melainkan sebenarnya mereka mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Bobbi dePorter, Presiden Learning Forum California USA dan penulis buku Quantum Learning dan Quantum Teaching, menjelaskan bahwa proses pembelajaran dapat divisualisasikan dengan membayangkan diri kita berada dalam ruangan yang gelap gulita. Ketika sebuah senter dinyalakan, selisih waktu antara munculnya cahaya yang terpantul ke dinding dengan saat jari kita menekan tombol "on" pada senter tersebut sangat cepat, bahkan hampir bersamaan. Begitu juga dalam proses pembelajaran, seharusnya kecepatan otak siswa dalam menangkap materi dan informasi dari guru adalah 1.287 km per jam, sama dengan kecepatan cahaya yang keluar dari senter yang memantul ke dinding. Tapi kenapa banyak siswa yang bingung, lambat, bahkan gagal dalam mencerna materi belajar dari guru? Ternyata, banyaknya siswa yang dianggap lambat dan gagal menerima materi dari guru disebabkan oleh ketidak sesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, jika gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru akan merasa senang karena menganggap semua siswanya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya.

Saat saya duduk di bangku SMA , saya juga merasakan bahwa gaya belajar dan gaya berfikir kami sangat beragam . Ada yang dengan gaya belajarnya dengan belajar tenang baru ia dapat memahami pelajaran tersebut . Ada yang dengan gaya belajar membaca kuat-kuat baru ia memahami pelajaran tersebut . Ada yang dengan gaya belajar sendiri tanpa perlu diterangkan ia baru mampu memahami pelajarn tersebut . Sedangkan saya sendiri dengan gaya belajar saling tanya jawab dan mendiskusikan dengan guru saya sendiri baru saya bisa mengerti pelajaran tersebut .

Terkadang guru menyama ratakan gaya belajar semua murid . Padahal belum tentu murid itu bisa menangkap dan serius pada saat proses belajar mengajar dimulai . Contohnya saja sperti saat guru mengajar dengan cara menerangkan di depan kelas . Tanpa mengajarin murid-murikd yang tidak mengerti akan pelajaran tersebut . Jadi guru tersebut hanya member pelajaran di depan dari awal sampai akhir pelajaran lalu member tugas . Bukankah ini cara mengajar yang kurang efektif . karena bisa saja anak tersebut merasa bosan dan menjadi tidak suka dengan pelajaran tersebut . Sehingga ia menjadi ketinggalan . Maka dari itu seharusnya guru juga memperhatikan bahwa gaya belajar dan gaya berfikir pada anak muridnya tentulah berbeda – beda . Dan diperlukan metode yang tepat di dalam proses penyampaian materi . Agar siswa-siswi yang di ajar tersebut semuanya dapat menyerap materi dengan tepat .Jangan kacaukan gaya dengan kemampuan murid , seperti inteligensi . Karena gaya belajar adalah merupakan cara murid menggunakan kemampuannya .

Penelitian yang dilakukan Howard Gardner menunjukkan bahwa ternyata gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Artinya, jika seorang siswa memiliki kecenderungan kecerdasan visual-spasial, gaya belajarnya akan ditunjukkan dengan banyak mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, senang membaca daripada dibacakan, senang menggambar dan mendesain, serta senang berdemonstrasi daripada ceramah. Gaya belajar ini menjadi modal bagi guru untuk menerapkan gaya mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa tersebut. Jika hal ini terjadi, dipastikan pembelajaran akan semakin mudah dan menyenangkan bagi guru dan siswanya.

Sebaliknya, siswa tersebut akan cepat merasa bosan dan tidak betah di kelas jika ia punya kecenderungan kecerdasan spasial-visual sementara gurunya mengajar dengan gaya ceramah yang monoton. Dengan begitu, tidak tepat kalau kita sebagai guru memvonis siswa yang bermasalah, lambat, dan gagal, padahal sebenarnya gaya mengajar kita tidak sesuai dengan gaya belajar siswa.

Apabila guru berhasil masuk ke dunia siswa lewat penyesuaian gaya belajar siswa, siswa akan rela hak mengajarnya kepada guru karena, menurut dePorter, wewenang mengajar dan hak mengajar itu berbeda. Mungkin setiap guru yang memiliki lisensi mengajar punya wewenang untuk mengajar. Namun hak mengajar adalah sesuatu yang harus diraih oleh seorang guru dengan kerja keras dan hak tersebut ada dalam keinginan para siswa.

Oleh karena itu, seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajar siswanya masing-masing. Kemudian setiap guru harus menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil pengamatan kecerdasan siswa tersebut.

Sumber referensi :

  • Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2008
  • Munir, M.IT. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. 2008
  • http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/9935/gaya-mengajar-guru-adalah-gaya-belajar-siswa


Ditulis oleh: Juliana Khairina harahap . 09-046 . Tgl 11-02-2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar